MENERIMA PENDAFTARAN PESERTA DIDIK BARU TAHUN AJARAN 2020 - 2021

Sabtu, 01 Februari 2020

IBRAH KEHIDUPAN 6: SEMUA AKAN DIMINTAI PERTANGGUNGJAWABAN.

Pembaca yang semoga dirahmati oleh Allah.

Dalam kehidupan ini, sering kita begitu sensitif ketika melihat pemimpin yang tidak berjalan pada koridornya, dan terkadang kita langsung menyebut pemimpin itu pasti akan dimintai pertanggungjawaban. Namun sering kita lupa dengan diri kita sendiri, bahwa kita juga akan dimintai pertanggungjawaban atas apa yang kita perbuat. Bahkan kita selalu membatasi penyebutan kata pemimpin hanya untuk presiden, gubernur, wali kota, bupati, lurah, RW, RT atau bahkan sampai ketua organisasi saja. Padahal kita pun bisa termasuk dalam kategori pemimpin yang akan dimintai pertanggungjawaban itu.

Sebagaimana Rasulullah SAW pernah bersabda dalam sebuah hadits :
أَنَّ عَبْدَ اللَّهِ بْنَ عُمَرَ يَقُولُ سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ كُلُّكُمْ رَاعٍ وَكُلُّكُمْ مَسْئُولٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ الْإِمَامُ رَاعٍ وَمَسْئُولٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ وَالرَّجُلُ رَاعٍ فِي أَهْلِهِ وَهُوَ مَسْئُولٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ وَالْمَرْأَةُ رَاعِيَةٌ فِي بَيْتِ زَوْجِهَا وَمَسْئُولَةٌ عَنْ رَعِيَّتِهَا وَالْخَادِمُ رَاعٍ فِي مَالِ سَيِّدِهِ وَمَسْئُولٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ قَالَ وَحَسِبْتُ أَنْ قَدْ قَالَ وَالرَّجُلُ رَاعٍ فِي مَالِ أَبِيهِ وَمَسْئُولٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ وَكُلُّكُمْ رَاعٍ وَمَسْئُولٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ
Bahwa 'Abdullah bin 'Umar berkata, "Aku mendengar Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Setiap kalian adalah pemimpin, dan setiap pemimpin akan dimintai pertanggung jawaban atas yang dipimpinnya. Imam adalah pemimpin yang akan diminta pertanggung jawaban atas rakyatnya. Seorang suami adalah pemimpin dan akan dimintai pertanggung jawaban atas keluarganya. Seorang isteri adalah pemimpin di dalam urusan rumah tangga suaminya, dan akan dimintai pertanggung jawaban atas urusan rumah tangga tersebut. Seorang pembantu adalah pemimpin dalam urusan harta tuannya, dan akan dimintai pertanggung jawaban atas urusan tanggung jawabnya tersebut." Aku menduga Ibnu 'Umar menyebutkan: "Dan seorang laki-laki adalah pemimpin atas harta bapaknya, dan akan dimintai pertanggung jawaban atasnya. Setiap kalian adalah pemimpin dan setiap pemimpin akan dimintai pertanggung jawaban atas yang dipimpinnya." (HR. Imam Bukharie)

Pembaca yang semoga dirahmati oleh Allah.

Dalam hadits tersebut Rasulullah SAW dengan sangat jelas menyampaikan bahwa setiap diri kita ini adalah pemimpin. Setidaknya kita adalah pemimpin bagi seluruh anggota tubuh kita. Sehingga sebagai pemimpin kita akan dimintai pertanggungjawaban oleh Allah SWT. Bahkan seorang budak pun akan dimintai pertanggungjawasban oleh Allah atas harta majikannya yang harus ia jaga. Dengan kata lain, bahwa kita pun akan dimintai pertanggungjawab oleh Allah atas apapun amanah yang telah diberikan kepada kita. Baik amanah yang diberikan langsung oleh Allah ataupun amanh yang diberikan oleh sesama manusia. Baik dalam kehidupan bermasyarakat, berorganisasi, berbangsa, dan bernegara. Kita tunjukkan bahwa seorang muslim itu bertanggungjawab terhadap apa yang sudah menjadi tugasnya.

Oleh karenanya, para pembaca yang semoga dirahmati oleh Allah.
Marilah kita, sebagai seorang yang mengaku diri kita beriman kepada Allah SWT dan Rasulullah SAW sudah seharusnyalah kita menjalankan dan memperhatikan terhadap apa yang telah dipesankan oleh Allah dan Rasul-Nya melalui al-qur’an dan hadits. Dengan menjalankan semua yang telah diamanahkan kepada diri kita dengan sebaik-baiknya, karena semua itu akan dimintai pertanggungjawaban oleh Allah SWT.

Semoga bermanfa’at. (MSN)

Baca Selengkapnya → IBRAH KEHIDUPAN 6: SEMUA AKAN DIMINTAI PERTANGGUNGJAWABAN.

Selasa, 21 Januari 2020

IBRAH KEHIDUPAN 5 : ORANGTUA ADALAH TAULADAN BAGI ANAK


“ustadz, ayah saya gak shalat. Bahkan saat saya ingatkan, saya malah dimarahin!” kata salah satu siswa dengan polosnya.

Itulah petikan sebuah kalimat yang diucapkan oleh salah satu siswa kepada ustadznya yang saat itu menerangkan wajibnya menegakkan shalat lima waktu.

Pembaca yang budiman,
Peristiwa tersebut dapat menjadi sebuah pembelajaran bagi kita semua sebagai orangtua. Kita sering mengharapkan anak kita menjadi shalih/shalihah.  Namun, sering kita belum bisa memberi teladan bagi anak-anak yang kita harapkan menjadi anak yang shalih/shalihah.

Dalam sebuah hadits Rasulullah SAW. pernah bersabda:
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ : قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كُلُّ مَوْلُودٍ يُولَدُ عَلَى الْفِطْرَةِ فَأَبَوَاهُ يُهَوِّدَانِهِ وَيُنَصِّرَانِهِ.... الحديث (رواه أبو داود)

artinya : dari Abu Hurairah ia berkata, "Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Setiap bayi dilahirkan dalam keadaan fitrah, maka kedua orang tuannya-lah yang menjadikan ia yahudi atau nashrani. ...... Al-Hadits (Abu Dawud)

Pembaca yang budiman,
Hadits tersebut secara tersurat menjelaskan kepada kita, bahwa semua manusia itu pada dasarnya diciptakan dalam keadaan beriman kepada Allah. Lalu kedua orangtuanyalah yang dapat menjadikan sang anak tetap menjadi seorang yang beriman atau bahkan menjadikan anak tersebut menjadi orang yahudi, nashrani, atau majusi.

Pembaca yang budiman.
Hadits tersebut dengan makna yang tersirat menunjukkan kepada kita, bahwa peran kita sebagai orangtua sangatlah besar dan penting untuk membentuk pribadi anak-anak kita. Kita mau membentuk anak kita menjadi pribadi yang taat atau bahkan menjadi pribadi yang khianat kepada Rabb-nya.
Oleh karena itu, Jika kita mengharapkan anak kita menjadi anak yang shalih/shalihah, maka kita harus menjadi pribadi yang mencerminkan sikap orang shalih/shalihah. Sehingga anak kita akan mendapatkan tauladan yang nyata dalam keluarganya. Begitupun sebaliknya.

Dan tentunya jangan ada lagi peristiwa kita menyuruh anak kita menjadi shalih/shalihah sementara kita menjadi khianat kepada Allah SWT. Jangan ada lagi peristiwa seorang anak anak menutup auratnya, sementara orangtua senantiasa mengumbar auratnya. Jangan ada lagi anak shalat lima waktu, sementara orangtua tidak memiliki waktu untuk shalat. Jangan ada lagi anak rajin mengaji, sementara orangtua rajin menyanyi.

Karena BUAH JATUH TIDAK JAUH DARI POHONNYA!

Demikian, Marilah kita semua bersama-sama menjadikan diri dan keluarga kita pribadi-pribadi yang shalih dan shalihah. Dan semoga keluarga kita senantiasa berada dalam lindungan-Nya dan senantiasa diberikan keistiqamahan dalam menjalankan perintah-perintah-Nya dan menjauhi larangan-larangan-Nya.

Semoga bermanfa’at. (MSN)
Baca Selengkapnya → IBRAH KEHIDUPAN 5 : ORANGTUA ADALAH TAULADAN BAGI ANAK

Jumat, 16 November 2018

IBRAH KEHIDUPAN 3 : ADA HAK ALLAH PADA DIRI KITA

Berbicara tentang kewajiban dan hak, sering kita hanya berfokus dengan hak-hak orang lain dan hak-hak diri kita semata. Namun kita sering melupakan hak-hak Allah yang ada pada diri kita.
Dalam sebuah hadits nabi yang diriwayatkan oleh shahabat Muadz bin Jabal, diceritakan bahwa :
عَنْ مُعَاذِ بْنِ جَبَلٍ قَالَ : كُنْتُ رِدْفَ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَيْسَ بَيْنِي وَبَيْنَهُ إِلَّا مُؤْخِرَةُ الرَّحْلِ فَقَالَ يَا مُعَاذَ بْنَ جَبَلٍ قُلْتُ لَبَّيْكَ رَسُولَ اللَّهِ وَسَعْدَيْكَ ثُمَّ سَارَ سَاعَةً ثُمَّ قَالَ يَا مُعَاذَ بْنَ جَبَلٍ قُلْتُ لَبَّيْكَ رَسُولَ اللَّهِ وَسَعْدَيْكَ ثُمَّ سَارَ سَاعَةً ثُمَّ قَالَ يَا مُعَاذَ بْنَ جَبَلٍ قُلْتُ لَبَّيْكَ رَسُولَ اللَّهِ وَسَعْدَيْكَ قَالَ هَلْ تَدْرِي مَا حَقُّ اللَّهِ عَلَى الْعِبَادِ قَالَ قُلْتُ اللَّهُ وَرَسُولُهُ أَعْلَمُ قَالَ فَإِنَّ حَقَّ اللَّهِ عَلَى الْعِبَادِ أَنْ يَعْبُدُوهُ وَلَا يُشْرِكُوا بِهِ شَيْئًا ثُمَّ سَارَ سَاعَةً قَالَ يَا مُعَاذَ بْنَ جَبَلٍ قُلْتُ لَبَّيْكَ رَسُولَ اللَّهِ وَسَعْدَيْكَ قَالَ هَلْ تَدْرِي مَا حَقُّ الْعِبَادِ عَلَى اللَّهِ إِذَا فَعَلُوا ذَلِكَ قَالَ قُلْتُ اللَّهُ وَرَسُولُهُ أَعْلَمُ قَالَ أَنْ لَا يُعَذِّبَهُمْ (رواه المسلم)
Artinya: dari Mu'adz bin Jabal dia berkata, "Pernah aku dibonceng Nabi shallallahu 'alaihi wasallam dalam satu perjalanan, tidak ada pemisah antara aku dan beliau kecuali pelana hewan kendaraan. Beliau memanggil: "Wahai Mu'adz bin Jabal!" Aku terus menyahut, "Aku penuhi panggilanmu wahai Rasulullah." Kami meneruskan lagi perjalanan. Kemudian beliau memanggil lagi: "Wahai Mu'adz bin Jabal!" Aku menyahut, "Aku penuhi panggilanmu wahai Rasulullah." Kami meneruskan lagi perjalanan kemudian beliau memanggil lagi: "Wahai Mu'adz bin Jabal!" Aku menyahut lagi, "Telah kuterima panggilanmu itu wahai Rasulullah." Beliau bersabda: "Tahukah kamu Kewajiban manusia terhadap Allah?" Aku menjawab, "Allah dan Rasul-Nyalah yang lebih mengetahui." Beliau bersabda: "Yaitu menyembah-Nya dan tidak menyekutukan-Nya." Kami meneruskan lagi perjalanan beberapa waktu ketika kemudian beliau memanggil lagi: "Wahai Mu'adz bin Jabal!" Aku menyahut, "Aku penuhi panggilanmu wahai Rasulullah." Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Tahukah kamu apakah Kewajiban Allah terhadap manusia apabila mereka melakukan perkara-perkara yang aku nyatakan tadi?" Aku menjawab, "Allah dan Rasul-Nyalah yang lebih mengetahui." Akhirnya beliau bersabda: "Allah tidak akan menyiksa mereka." (HR. Muslim)

Melalui hadits tersebut dengan sangat jelas rasulullah SAW. menunjukkan kepada kita sebagai ummatnya bahwa hak Allah yang harus dilaksanakan oleh hamba-Nya adalah senantiasa beribadah kepada-Nya dan menghindari segala bentuk perbuatan syirik kepada-Nya. Sehingga dengan kita memenuhi hak-hak Allah tersebut, Allah pun akan memenuhi hak-hak kita sebagai hamba-Nya.
Maka dari itu, jangan pernah kita berharap terhindar dari adzab-Nya, jika kita masih enggan untuk beribadah kepada-Nya dan kita masih suk untuk mengerjakan perbuatan-perbuatan yang mengarah kepada kesyirikan kepada Allah SWT.
Demikian ibrah kehidupan kali ini, semoga kita semua snantiasa berada dalam lindungan-Nya, dan semoga Allah senantiasa menjaga keimanan kita sampai ajal menjemput.
Sampai jumpa di ibrah kehidupan berikutnya!
Baca Selengkapnya → IBRAH KEHIDUPAN 3 : ADA HAK ALLAH PADA DIRI KITA

Jumat, 09 November 2018

IBRAH KEHIDUPAN 2 : SALAH KAPRAH DALAM MEMAHAMI HAK DAN KEWAJIBAN

MUMTAS SBY - Hak dan kewajiban merupakan dua hal yang senantiasa beriringan. Kehadiran sebagiannya menuntut sebagian yang lain untuk turut hadir. Namun sering kita salah faham dalam penerapan konsep hak dan kewajiban, dikarenakan kurang sadarnya diri kita.

Sebagaimana yang kita ketahui, hak merupakan segala sesuatu yang seharusnya didapatkan oleh setiap orang, sedangkan kewajiban merupakan segala sesuatu yang seharusnya dilaksanakan oleh setiap orang.

Sebagian besar diri kita salah dalam penerapan hak dan kewajiban tersebut, kita sering menuntut hak namun meninggalkan kewajibannya. Allah dan rasulNya telah mengajarkan kepada kita, bagaimana konsep penerapan hak dan kewajiban.

Di dalam surah Al-fatihah Allah telah menunjukkan bagaimana konsep hak dan kewajiban yang sebenarnya. Pada ayat pertama sampai dengan ayat keempat menunjukkan kewajiban kita agar senantiasa beribadah dan memuji Allah, baru kemudian di ayat kelima sampai dengan ayat ketujuh merupakan hak kita memohon kepada Allah untuk mendapatkan keselamatan.

Di dalam ayat kelima, Allah lebih mendahulukan kalimat إِيَّاكَ نَعْبُدُ yang menunujukkan kewajiban kita, setelah itu kalimat إِيَّاكَ نَسْتَعِيْنَ yang menunjukkan hak kita meminta pertolongan kepada Allah.

Dan Rasulullah SAW pun bersabda:
مَنْ لاَ يَرْحَمْ لاَ يُرْحَمْ ..... الحديث
Artinya:”barang siapa yang tidak menyayangi maka ia tidak akan disayangi......” (al-hadits)

Dari dalil-dalil tersebut, dengan sangat jelas konsep hak dan kewajiban yang diajarkan oleh Allah dan RasulNya, bahwa kewajiban harus dilakukan terlebih dahulu, kemudian hak akan kita dapatkan. Semoga dapat menyadarkan kita bahwa jangan pernah menuntut hak jika kewajiban belum kita jalankan. Jangan hanya menuntut hak jika tidak pernah menjalankan kewajiban. Jangan pernah meminta surga jika tidak pernah beribadah. Semoga bermanfa’at.
Baca Selengkapnya → IBRAH KEHIDUPAN 2 : SALAH KAPRAH DALAM MEMAHAMI HAK DAN KEWAJIBAN

Kamis, 01 November 2018

IBRAH KEHIDUPAN 1 : LIHATLAH KE BAWAH!

Manusia merupakan makhluk yang diciptakan oleh Allah dengan sempurna, Allah menciptakan manusia dengan bentuk yang terbaik. Demikian firman Allah dalam surat at-tiin ayat ke 4. Namun dengan kesempurnaan penciptaan itu tidak dapat menjamin bahwa semua manusia merupakan makhluk yang senantiasa taat kepada Allah, sebagaimana firmanNya:
كَلا إِنَّ الإنْسَانَ لَيَطْغَ
Artinya: Ketahuilah! Sesungguhnya manusia benar-benar melampaui batas[1]
Dan pada ayat yang lain Allah pun menjelaskan mengapa manusia disebut sebagai makhluk yang benar-benar melapaui batas, karena manusia seringkali melupakan syukur kepada Allah. Sebagaimana firmanNya:
وَإِذَا مَسَّ الإنْسَانَ الضُّرُّ دَعَانَا لِجَنْبِهِ أَوْ قَاعِدًا أَوْ قَائِمًا فَلَمَّا كَشَفْنَا عَنْهُ ضُرَّهُ مَرَّ كَأَنْ لَمْ يَدْعُنَا إِلَى ضُرٍّ مَسَّهُ كَذَلِكَ زُيِّنَ لِلْمُسْرِفِينَ مَا كَانُوا يَعْمَلُونَ
Artinya: Dan apabila manusia ditimpa bahaya dia berdoa kepada Kami dalam keadaan berbaring, duduk atau berdiri, tetapi setelah Kami hilangkan bahaya itu daripadanya, dia (kembali) melalui (jalannya yang sesat), seolah-olah dia tidak pernah berdoa kepada Kami untuk (menghilangkan) bahaya yang telah menimpanya. Begitulah orang-orang yang melampaui batas itu memandang baik apa yang selalu mereka kerjakan.[2]
Maka melalui kedua ayat tersebut, kita jadikan momentum untuk bermuhasabah atas diri kita agar kita tidak menjadi makhluk yang melampaui batas sebagaimana yang difirmankan oleh Allah SWT. dengan cara senantiasa bersyukur kepada Allah bagaimanapun keadaan kita.
Rasulullah SAW telah memberikan jalan yang paling mudah agar kita dapat senantiasa bersyukur kepada Allah SWT atas segala nikmat yang telah Allah berikan, yakni dengan selalu memandang orang yang keadaannya ada di  bawah kita. karena adakalanya kita ingin makan-makanan yang lezat, sementara ada orang lain yang untuk makan sekali dalam sehari saja kesusahan. Adakalanya saat kita memiliki rumah yang cukup sederhana, kita ingin memiliki rumah mewah, sementara masih ada orang lain yang masih belum memiliki rumah. Adakalanya saat kita memiliki sepeda motor, kita masih saja menginginkan untuk memiliki mobil mewah, sementara orang lain sepeda onthel saja tidak punya. Sebagaimana Sabdanya:
وَعَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رضي الله عنه قَالَ: قَالَ رَسُولُ اَللَّهِ صلى الله عليه وسلم ( انْظُرُوا إِلَى مَنْ هُوَ أَسْفَلَ مِنْكُمْ, وَلَا تَنْظُرُوا إِلَى مَنْ هُوَ فَوْقَكُمْ, فَهُوَ أَجْدَرُ أَنْ لَا تَزْدَرُوا نِعْمَةَ اَللَّهِ عَلَيْكُمْ )  مُتَّفَقٌ عَلَيْهِ
Dari Abu Hurairah Radliyallaahu 'anhu bahwa Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam bersabda: "Lihatlah orang yang berada di bawahmu dan jangan melihat orang yang berada di atasmu karena hal itu lebih patut agar engkau sekalian tiak menganggap rendah nikmat Allah yang telah diberikan kepadamu." Muttafaq Alaihi.[3]
Melalui hadits tersebut rasulullah SAW mengigatkan kepada kita agar selalu bercermin kepada orang yang keadaannya berada di bawah kita, sehingga kita akan terhindarkan dari sifat berlebih-lebihan dan melampaui bata, dan kita akan menjadi hamba yang senantiasa bersyukur.
Semoga kita semua dapat menjadi hamba yang senatiasa bersyukur kepad Allah SWT. (msn)


[1] QS. Al-Alaq ayat 6
[2] QS. Yunus ayat 12
[3] A. Hassan, Terjemah Bulughul Maram( Bangil: Pustaka Tamaam, 2001) hal.681. no hadits. 1484
Baca Selengkapnya → IBRAH KEHIDUPAN 1 : LIHATLAH KE BAWAH!