MENERIMA PENDAFTARAN PESERTA DIDIK BARU TAHUN AJARAN 2020 - 2021

Selasa, 21 Januari 2020

IBRAH KEHIDUPAN 5 : ORANGTUA ADALAH TAULADAN BAGI ANAK


“ustadz, ayah saya gak shalat. Bahkan saat saya ingatkan, saya malah dimarahin!” kata salah satu siswa dengan polosnya.

Itulah petikan sebuah kalimat yang diucapkan oleh salah satu siswa kepada ustadznya yang saat itu menerangkan wajibnya menegakkan shalat lima waktu.

Pembaca yang budiman,
Peristiwa tersebut dapat menjadi sebuah pembelajaran bagi kita semua sebagai orangtua. Kita sering mengharapkan anak kita menjadi shalih/shalihah.  Namun, sering kita belum bisa memberi teladan bagi anak-anak yang kita harapkan menjadi anak yang shalih/shalihah.

Dalam sebuah hadits Rasulullah SAW. pernah bersabda:
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ : قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كُلُّ مَوْلُودٍ يُولَدُ عَلَى الْفِطْرَةِ فَأَبَوَاهُ يُهَوِّدَانِهِ وَيُنَصِّرَانِهِ.... الحديث (رواه أبو داود)

artinya : dari Abu Hurairah ia berkata, "Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Setiap bayi dilahirkan dalam keadaan fitrah, maka kedua orang tuannya-lah yang menjadikan ia yahudi atau nashrani. ...... Al-Hadits (Abu Dawud)

Pembaca yang budiman,
Hadits tersebut secara tersurat menjelaskan kepada kita, bahwa semua manusia itu pada dasarnya diciptakan dalam keadaan beriman kepada Allah. Lalu kedua orangtuanyalah yang dapat menjadikan sang anak tetap menjadi seorang yang beriman atau bahkan menjadikan anak tersebut menjadi orang yahudi, nashrani, atau majusi.

Pembaca yang budiman.
Hadits tersebut dengan makna yang tersirat menunjukkan kepada kita, bahwa peran kita sebagai orangtua sangatlah besar dan penting untuk membentuk pribadi anak-anak kita. Kita mau membentuk anak kita menjadi pribadi yang taat atau bahkan menjadi pribadi yang khianat kepada Rabb-nya.
Oleh karena itu, Jika kita mengharapkan anak kita menjadi anak yang shalih/shalihah, maka kita harus menjadi pribadi yang mencerminkan sikap orang shalih/shalihah. Sehingga anak kita akan mendapatkan tauladan yang nyata dalam keluarganya. Begitupun sebaliknya.

Dan tentunya jangan ada lagi peristiwa kita menyuruh anak kita menjadi shalih/shalihah sementara kita menjadi khianat kepada Allah SWT. Jangan ada lagi peristiwa seorang anak anak menutup auratnya, sementara orangtua senantiasa mengumbar auratnya. Jangan ada lagi anak shalat lima waktu, sementara orangtua tidak memiliki waktu untuk shalat. Jangan ada lagi anak rajin mengaji, sementara orangtua rajin menyanyi.

Karena BUAH JATUH TIDAK JAUH DARI POHONNYA!

Demikian, Marilah kita semua bersama-sama menjadikan diri dan keluarga kita pribadi-pribadi yang shalih dan shalihah. Dan semoga keluarga kita senantiasa berada dalam lindungan-Nya dan senantiasa diberikan keistiqamahan dalam menjalankan perintah-perintah-Nya dan menjauhi larangan-larangan-Nya.

Semoga bermanfa’at. (MSN)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar